Pages

Senin, 03 Juni 2013

Harie's Notes 1


Bumi gonjang-ganjing, langit pun mulai terbanting-banting, ketika kelahiranku siap ke dunia berbagai macam sumpah doa mengiriku, seperti alunan music yang merdu yang dimainkan oleh pemusik terbaik dunia ketika itu. Tepat 3 juni 1987 aku pun terpaksa dan dipaksa untuk dilahirkan ke dunia, padahal kalau diberi pilihan lebih memilih tidak dilahirkan ke dunia dan tinggal di surga sana, ya inilah ikhlas dengan cara terpaksa dan dipaksa. Terlahir kedunia dalam keadaan yang baik, langsung beragama Islam, padahal ketika terlahir ke dunia saya belum mengucapkan syahadat, tapi sudah masuk Islam, hebat bukan, Islam turunan yang mendarah daging di setiap masyarakat Indonesia ini, setidaknya bisa saya banggakan.

Terlahir sudah, maka kedua orang tua saya pun bersujud syukur dengan cara aqiqah atau dalam istilah lain syukuran, tidak ada organ tunggal atau acara hiburan dalam acara syukuran, dengan cara yang sederhana orang tua saya melakukannya. Hari Sulistyono, entah bagaimana nama itu muncul di benak orang tua saya, melalui apa saya juga tidak mengetahuinya, tiba-tiba nama itu di berikan dari yang Maha Kuasa kepada saya melalui orang tua saya, dan saya harus menerimanya. Doa orang tua saya, semoga anaknya bisa berguna bagi agamanya, orang tuanya, keluarganya dan bangsanya. Doa yang meluluhkan hati anaknya yang mendengar doa orang tuanya. Menangis sudah pasti.
Seiring berjalannya waktu keluarga saya menetap di Bekasi, diperkirakan tahun 1989, bersekolah di TK An – Nur, lalu orang tua saya menyuruh saya kembali bersekolah di SDN Mekarsari 2, dan lagi-lagi orang tua saya menyuruh saya untuk kembali melanjutkan studinya di SMPN 1 Tambun Selatan, lalu dilanjutkan ke SMAN 1 Tambun Selatan. Semua serba angka satu seperti Allah yang satu. Lulus dari SMA, melanjutkan kembali ke UNJ (Universitas Negri Jakarta) mengambil bidang studi pendidikan Agama Islam. Mengambil studi tersebut karena tidak ingin dipanggil sebagai orang yang terlahir Islam karena turunan.
Melanjut ke awal perjuangan kuliah, kuliah, itulah kata yang selalu ada di benak saya ketika masa SMA telah di lalui dengan susah payah (waktu itu syarat lulus UN masih 3.01). Setelah itu banyak sekali lembaran – lembaran undangan untuk masuk ke universitas ataupun sekolah tinggi baik yang negeri maupun swasta menghampiriku. Tanpa sengaja saya melihat ada lembaran undangan dari UGM (wow UGM), langsung saja saya fokus untuk melihat ternyata ada penerimaan mahasiswa baru di UGM.
Dengan semangat juang 45 (tanpa was wes wos) langsung  di ambil undangan tersebut dan mengikuti tes seleksi menuju UGM bersama dua teman baik saya, Fatio Hidanto dan Sarjana hadinata (padahal belum S1 sudah dapet gelar sarjana…saluut). Kami bertiga menuju UGM dengan menaiki kereta api bisnis menuju Yogyakarta. Kaki kanan dan tak lupa bismilah sebagai ritual naik kereta kami lalui, lalu kami mencari nomor tempat duduk kami dan berhasil, kami telah menemukan tempat duduknya.
Kami duduk dengan santai dan melihat sekeliling kereta, kami terkejut ternyata yang naik kereta ini semua ingin mengikuti ujian saringan masuk UGM (wow…wow saya sudah bilang wow loh ?!). Sepertinya mereka sangat serius sekali agar bisa diterima di UGM, di dalam kereta saja mereka mengeluarkan buku matematika, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Mulut buka tutup menghafalkan ratusan rumus matematika, seperti mantra yang keluar untuk mengutuk semua penghuni kereta, luar biasa. Lain halnya dengan kami, dengan modal semangat kami mengambil tas dan mengeluarkan buku sakti dan pulpen, buku sakti itu adalah TTS (teka teki silang), kami membeli TTS biar tidak bosan dalam perjalanan menuju yogya. Yang serius tetap serius, yang ngawur pengen serius juga susah, akhirnya begini Cuma mengeluarkan TTS.
Perjalanan kami menuju yogya di lakukan pada malam hari, sengaja kami lakukan perjalanan di malam hari agar bisa merasakan suasana malam yang sunyi, tapi suasana sunyi tidak bisa kami rasakan, yang terasa hanya suara mantra rumus yang membisingkan telinga (hello plis deh… bacaanya dalam hati ajah). Untungnya mata kami sudah mulai lelah dan akhirnya pulas dalam alunan mantra tidur.
Pagipun mulai tiba, mata mulai dapat melihat dalam radius 10 cm (matanya masih ada lem perekat jadi jarak pandang hanya 10 cm), kami pun terkejut, dalam kereta bisnis pun ada anggota chery belle membawa kecrekan, si laura namanya (Lanang ora wedok ora). Kami pun tertawa mendengar lagunya yang lucu sangat. Tak berapa lama mba Laura menghampiri kursi kami dan menggoda kami, sambil berkata,” bayarannya dong mas ?”. kami pun segera mengeluarkan uang dari kantong dan segera memberi kepada mba Laura. Untungnya mba Laura segera pergi (emangnya kami cowok apaan).
Tiba di stasiun kota yogya kami segera menuju penginapan, beristirahat, cari makan agar lagu kroncong dan pop dalam perut kami hilang seketika. Perut kenyang maka tenaga pun datang, setelah kenyang kami langsung menuju UGM untuk menyerahkan semua berkas mengikuti ujian masuk. Kami di sambut dengan alunan campur sari seperti kami ini adalah raja Jawa yang sedang memantau UGM.
Semua lancar tinggal menunggu ujian tiba, selama menunggu ujian kami hanya mengisi dengan mencari pengalaman di Yogya, kami ke alun-alun, pasar beringharjo serta tak lupa mengunjungi kraton Yogya, walaupun hanya bisa di lihat dari luar, kami cukup senang melihatnya. Belajar dalam ujian pun kami semampunya, kami pelajari dengan se-efektif mungkin. Diterima Alhamdulillah, tidak di terima ya di syukuri, siapa tahu tidak diterima di UGM malah di terima di UI. (pikirku ketika itu, Positif thinking selalu)
Waktu ujian tiba, untungnya kami bisa dalam satu tempat dalam pelaksanaan ujian masuk UGM, suasana ruang ujian pun tak jauh beda dengan suasana di kereta, banyak sekali mantra yang berterbangan di langit - langit serta wajah – wajah serius seakan tidak ingin di ganggu oleh kedatangan kami. Untungnya bel pelaksanaan ujian pun berbunyi (gara-gara bel suara mantra hilang dan wajah tegangpun terlihat menakutkan).
Penguji masuk kedalam ruangan, satu, dua, tiga, empat dan lima (masyaallah pengawasnya ada lima makin tegang pula wajah peserta ujian). Soal dibagikan, dalam satu ruangan soal pun berbeda dengan yang di sebelah kanan, kiri, depan dan belakang. Saya melihat ekspresi tiap wajah yang mengikuti ujian, cemas, panik, khawatir terisi dalam satu wajah (nah loh seperti apa itu…). Di awali dengan bismillah saya membuka lembaran soal demi soal. Semua soal saya jawab, tapi anehnya soalnya tidak ada habisnya (ternyata sesi 1 jumlah soal ada 200 soal dan baru terisi 100 soal). Alhamdulillah sesi pertama selesai pada pukul 11.30, sesi 1 hanya di beri waktu 3,5 jam. (ternyata 1 soal di beri waktu 1.05 menit).
Ujian 3,5 jam, dampaknya cukup membuat perut saya mengadakan pemberontakan, saya segera mencari warung makan dan ternyata teman saya sudah sampai disana (efek ujian luar biasa). “gimana tadi, bisa ga?” Tanya saya. Teman saya Cuma bisa ketawa dan mengajak saya makan siang. Perut kenyang, ibadah senang, sesi 2 pun segera di laksanakan. Kami berpisah menuju kelas masing – masing untuk melaksanakan sesi 2. Untungnya sesi 2 ini tidak terlalu banyak soal dan di beri waktu 2 jam. Semangat saya membara agar segera cepat selesai karena bis menuju bekasi jam 5 akan berangkat.
Semua misi di UGM telah kami lalui dengan baik, pengalaman yang indah, kemandirian, dan yang lebih penting, semangat yang tak lekang oleh waktu. Kami hanya berusaha dan Allahlah yang menetukan.Pengalaman dan teman baru siap menyapa kehidupan kami selanjutnya. Selamat tinggal Yogya.

1 komentar:

  1. kisah perjalanannya seru juga.
    sampai hafal betul kapan dilahirkan dan kapan masa-masa sekolah.

    BalasHapus

Terima Kasih Telah Membaca Tulisan di petualanganbaru.blogspot.com
 
Mari berpetualang di petualanganbaru.blogspot.com
Mari berpetualang di petualanganbaru.blogspot.com
Mari berpetualang di petualanganbaru.blogspot.com