Kali ini Allah menjatuhkan cinta lewat sederet bahasa
yang diam. Aku terperangah. Bingung, mau tersenyum atau menangis. Dan ternyata
keduanya bebarengan menghias rupa. Di depan layar yang selalu membuatku
meluncurkan nyanyian tanpa nada. Tapi berirama sama seperti bahagia. Hanya saja
kau tak kan bisa melihatnya dengan kasat mata. Sebab bahagiaku ini jatuh tetes
lewat air mata.
Ini cinta yang tak perlu jemari untuk menggenggamnya. Ini
cinta yang tak meminta lengan memeluknya. Ini cinta yang tak menggunakan mata
untuk menatap setiap gerak-geriknya. Ini cinta yang tak membuka mulut untuk
menyuarakannya. Ini cinta yang tak menjanjikan ikatan selamanya. Sebab ini
cinta yang merindu lewat doa. Ini cinta yang menunggu Allah menyatukannya. Ini
cinta....?