Kali ini Allah menjatuhkan cinta lewat sederet bahasa
yang diam. Aku terperangah. Bingung, mau tersenyum atau menangis. Dan ternyata
keduanya bebarengan menghias rupa. Di depan layar yang selalu membuatku
meluncurkan nyanyian tanpa nada. Tapi berirama sama seperti bahagia. Hanya saja
kau tak kan bisa melihatnya dengan kasat mata. Sebab bahagiaku ini jatuh tetes
lewat air mata.
Ini cinta yang tak perlu jemari untuk menggenggamnya. Ini
cinta yang tak meminta lengan memeluknya. Ini cinta yang tak menggunakan mata
untuk menatap setiap gerak-geriknya. Ini cinta yang tak membuka mulut untuk
menyuarakannya. Ini cinta yang tak menjanjikan ikatan selamanya. Sebab ini
cinta yang merindu lewat doa. Ini cinta yang menunggu Allah menyatukannya. Ini
cinta....?
Sebab setiap lariknya kutulis dengan cinta yang kutahan
mati-matianpun seharusnya kau begitu pula bertahan dan kita saling
mempertahankan. Mungkin jarak dan waktu membiarkan kau dan aku beradu dalam
rindu yang sedikit lebih haru. Sebab selalu kusemat disepertiga waktu, sebelum
dini hari. Aku enggan berbantah mulut, menepis cemburu yang tak semestinya
melesap masuk ke rongga dada. Aku ini siapa?
Semoga kau bukan yang suka mencabar, menawar hati lewat
puisi. Mencecar siapa saja dengan puji bertubi-tubi. Mengkoyak gejolak yang
muncul di mana saja. Dengan mudah membawa nama Allah demi cinta yang hanya
singgah sebentar. Bercelangap mengungkap rasa yang nyatanya langsung lesap
sekejap. Kita bukan lagi anak muda yang kerap mengumbar rasa bukan...?
Kau dan aku pasti punya sebingkis kisah masa lalu.
Mungkin sebungkus rindu yang berujung pilu bertalu. Mungkin juga setumpuk cinta
yang ternyata sesaat saja mendamba. Yang sejumput itu, tak akan terulang
kembali pada kita kan...?
Kau pasti mengerti betapa sulit aku menyusun denyut nadi
agar kembali rapi. Kau mungkin juga paham betapa lama aku berdiri menstabilkan
posisi. Dan aku juga tahu, kau tak akan menggoyahkan apa yang kadung rangup,
aku yang tersaruk berantuk dengan hatimu.....
Lalu kini jadi waktu yang tepat untuk mengasah rasa.
Mengaduk-aduk yang buruk jangan sampai jadi ambruk. Lalu jangan lupa sertakan
Allah dalam setiap rindu yang membukut kalbu.... Sebab di antara kau dan aku
perantaranya hanya Allah, bukan?
Teruntuk kamu, perempuanku di masa depan. Jangan pernah
menoleh ke belakang. Lalu kamu yang menjatuhkan hatimu tepat di hatiku,
teruskan cintamu memperjuangkan yang mungkin saja memang ditakdirkan menjadi
milikmu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar