Pages

Minggu, 28 Oktober 2018

Untukmu Cinta




Kali ini Allah menjatuhkan cinta lewat sederet bahasa yang diam. Aku terperangah. Bingung, mau tersenyum atau menangis. Dan ternyata keduanya bebarengan menghias rupa. Di depan layar yang selalu membuatku meluncurkan nyanyian tanpa nada. Tapi berirama sama seperti bahagia. Hanya saja kau tak kan bisa melihatnya dengan kasat mata. Sebab bahagiaku ini jatuh tetes lewat air mata.
Ini cinta yang tak perlu jemari untuk menggenggamnya. Ini cinta yang tak meminta lengan memeluknya. Ini cinta yang tak menggunakan mata untuk menatap setiap gerak-geriknya. Ini cinta yang tak membuka mulut untuk menyuarakannya. Ini cinta yang tak menjanjikan ikatan selamanya. Sebab ini cinta yang merindu lewat doa. Ini cinta yang menunggu Allah menyatukannya. Ini cinta....?

Sebab setiap lariknya kutulis dengan cinta yang kutahan mati-matianpun seharusnya kau begitu pula bertahan dan kita saling mempertahankan. Mungkin jarak dan waktu membiarkan kau dan aku beradu dalam rindu yang sedikit lebih haru. Sebab selalu kusemat disepertiga waktu, sebelum dini hari. Aku enggan berbantah mulut, menepis cemburu yang tak semestinya melesap masuk ke rongga dada. Aku ini siapa?
Semoga kau bukan yang suka mencabar, menawar hati lewat puisi. Mencecar siapa saja dengan puji bertubi-tubi. Mengkoyak gejolak yang muncul di mana saja. Dengan mudah membawa nama Allah demi cinta yang hanya singgah sebentar. Bercelangap mengungkap rasa yang nyatanya langsung lesap sekejap. Kita bukan lagi anak muda yang kerap mengumbar rasa bukan...?
Kau dan aku pasti punya sebingkis kisah masa lalu. Mungkin sebungkus rindu yang berujung pilu bertalu. Mungkin juga setumpuk cinta yang ternyata sesaat saja mendamba. Yang sejumput itu, tak akan terulang kembali pada kita kan...?
Kau pasti mengerti betapa sulit aku menyusun denyut nadi agar kembali rapi. Kau mungkin juga paham betapa lama aku berdiri menstabilkan posisi. Dan aku juga tahu, kau tak akan menggoyahkan apa yang kadung rangup, aku yang tersaruk berantuk dengan hatimu.....
Lalu kini jadi waktu yang tepat untuk mengasah rasa. Mengaduk-aduk yang buruk jangan sampai jadi ambruk. Lalu jangan lupa sertakan Allah dalam setiap rindu yang membukut kalbu.... Sebab di antara kau dan aku perantaranya hanya Allah, bukan?
Teruntuk kamu, perempuanku di masa depan. Jangan pernah menoleh ke belakang. Lalu kamu yang menjatuhkan hatimu tepat di hatiku, teruskan cintamu memperjuangkan yang mungkin saja memang ditakdirkan menjadi milikmu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Telah Membaca Tulisan di petualanganbaru.blogspot.com
 
Mari berpetualang di petualanganbaru.blogspot.com
Mari berpetualang di petualanganbaru.blogspot.com
Mari berpetualang di petualanganbaru.blogspot.com