Masih ingatkah
pada Kajur tercinta kami, bapak Chudlori Umar namanya. Beliau sangat dihormati
oleh seluruh mahasiswa jurusan Ilmu Agama Islam. Tak terkecuali dari angkatan
2002 sampai angkatan 2012, pasti punya banyak cerita tentang beliau. Beliau
biasa di panggil babeh, entah di dalam kelas ataupun ketika sedang kumpul di
kantin, Babeh selalu menyempatkan waktunya untuk berkumpul dengan mahasiswa.
Walaupun sekedar numpang minum kopi, pendekatan babeh ke mahasiswanya sungguh
luar biasa.
Satu pengalaman
yang luar biasa di ajarkan dengan babeh, setiap mengajar pasti babeh
mencritakan sejarah hidupnya, entah masa kuliahnya dulu di UIN, kadang menceritakan
keluarganya, dan kadang menceritakan kampung halamannya. Seakan-akan cerita itu
tidak akan pernah habis dan terlihat di matanya semangat membara ketika menceritakan
perjalanan hidupnya.
Babeh selalu
mengajarkan kepada mahasiswanya untuk selalu hidup sederhana, dari awal saya
kuliah sampai lulus kuliah, babeh tidak pernah pegang hape, bahkan perjalanan
menuju UNJ beliau biasa menggunakan bis transjakarta alias bus way. Selain itu
babeh juga belum punya FB. Sosok yang bersahaja, berwibawa dan terkadang
membuat hati ciut ketika sudah berhadapan dengannya. Pokoknya babeh hidupnya
sangat sederhana dan loyal kepada mahasiswanya.
Sosok babeh tidak
pernah jauh dari qur’an, pokoknya harus serba qur’an (Apa karena dia dosen
ulumul qur’an jadi ga jauh dari qur’an, coba beliau jadi dosen bahasa Inggris
pasti yang di bawa cuma kamus yang ratusan halaman). Makanya lulusan dari Ilmu
Agama Islam tidak bisa lulus sebelum hafal salah satu surat dari Al Baqaroh,
Ali Imran atau An Nisa’ serta membaca kitab kuning (nilai kelulusan setahu saya
hanya pada angkatan 2002 sampai 2005). Tiap mata kuliah ketika itu boleh ga
masuk 3-4 kali, hanya mata kuliah babeh yang pada ga berani ga masuk, pokoknya
ketika ada mata kuliah yang di ajarkan babeh harus tepat waktu, kalau ga belajarnya
di luar (di depan pintu). Dan babeh juga pernah telat dan akhirnya babeh cuma
bisa di luar. Babehpun hanya mengeluarkan senyum dari bibirnya. Saya tidak tahu
maksud babeh tersenyum itu apa (Seperti ada udang di balik bakwan).
Selama mata kuliah
yang di ajarkan oleh babeh, saya hanya sekali mendapatkan A dan sisanya B.
Ketika saya mendapatkan nilai A dari babeh, saya sudah mencatatkan rekor,
kenapa bisa ? menurut saya untuk mendapatkan nilai A dari babeh ini sangat
sulit, pikir saya selama babeh yang ngajar nilai saya pasti B. Tapi syukurlah
ketika mata kuliah Masailul Fiqhiyah, saya diberikan nilai A oleh babeh. Saya
membahas tentang raka’at shalat tarawih dari 6 raka’at sampai 23 raka’at, saya
bahas dari segi sanad dan sejarah. Hasilnya ya itu tadi, nilai A. Nilai A cukup
berkesan buat saya. Rekor mas bro (tolong dicatat #manaMURI).
”Pendidikan itu
tidak perlu di kelas, anda bisa belajar di mana saja” kata babeh. Ucapan babeh
tersebut sederhana tapi penuh makna. Benar juga babeh mengizinkan tiap mahasiswanya
boleh izin tidak mengikuti perkuliahan sebanyak 3-4 kali. Akhirnya saya dan
aris kadang sering tidak mengikuti kuliah karena di kasih kesempatan boleh
tidak masuk asalkan tidak boleh lebih dari 4 kali (Jangan ditiru ini perbuatan
yang hanya di lakukan oleh orang – orang yang agak gimana gitu, biar pembaca
yang menilainya).
Gara – gara babeh
pula angkatan 2004 mendapatkan gelar troublemaker. Babeh kalau kasih gelar ke
angkatan 2004 ga tanggung-tanggung, langsung troublemaker. Padahal kalau di
pikir-pikir angkatan 2004 hampir sama dengan kisah muda babeh yang hampir sama
dengan kami. Mungkin gara-gara ulah kami, babeh jadi teringat masa mudanya yang
semangat membara seperti para pejuang
yang merebut kemerdekaan (halagh jangan lebai gitu deh).
Ada kisah menarik
tentang babeh, ketika acara Jambore KIAI (Keluarga Ilmu Agama Islam) waktu itu
acara diadakan di wisma sekitar gunung gede. Babeh mengajak saya dan Aris untuk
mengasah otak melalui permainan remi, saya tidak tahu bagaimana cara
permainannya. Saya melihat bagaimana cara bermainny, saya paham, lalu saya coba
ikut bermain. Permainan remi di lakukan oleh 4 orang, babeh, Aris, Istiqlal
(Adik kelas angkatan 2007, nanti akan ada cerita tentangnya) dan saya.
Permainan
berlangsung sengit, siapa yang mencapai angka 1000 maka dialah pemenangnya.
Pada waktu main remi, babeh salah satu yang paling ahli dan di takuti di
jurusan (di takuti karena waktu itu babeh jadi kajur hehehehe). Babeh awalnya
memimpin perolehan angka dalam permainan ini, cukup jauh angkanya ketika itu,
tapi keberuntungan berpihak pada saya sehingga nilai yang di kumpulkan babeh
yang tadinya banyak, saya bom dan nilai yang dikumpulkan babeh kembali menjadi
nol (istilah bom dalam permainan remi, bisa menurunkan nilai sampai nol). Dan
akhirnya babeh berada di urutan terakhir dan juaranya saya, maaf babeh bukannya
tidak menghargai, sekali-sekali babeh dikerjai oleh mahasiwanya. (Permainan
remi ini tidak ada unsur keburukan, karena kami melakukannya hanya untuk
mengasah logika angka kami).
Sebagai ucapan
terima kasih, saya ada beberapa bait syair untuk babeh. Walaupun saya takut
bertatapan mata dengan babe (auranya itu menegangkan lho) tapi kami (angkatan
2004) rindu untuk di ajar kembali olehmu. Rindu dihukum, rindu dengan
cerita-cerita heroik masa mudamu. Rindu segalanya tentangmu.
Kisah mudamu
begitu membara,
ketika bait-bait
mulai bercerita
Tanpa lelah
melainkan semangat yang terlihat
Engkau mempunyai
jabatan yang tinggi,
Tapi engkau
membumi
Merangkul semua
siswamu
Yang terbebani
oleh keluh semu
Rambutmu mulai
memutih,
Tapi senyummu
terus merekah
Kau ajarkan kami
makna hidup
Terus maju
begitulah ucapmu
Angkatan kami di
beri gelar
Kami bangga,
karena pemberian darimu
Hanya angkatan
kami yang mendapatkannya
Kami senang bisa
mendapatkan banyak petuah
Agar nanti ketika
lulus kami tidak berulah
Walaupun banyak
tipu muslihat teman kerja yang di berikan kepadamu
Engkau di jatuhkan
dan di kesampingkan
Engkau hanya
tersenyum, tidak membalas melainkan tetap merangkul
Kami bahagia bisa
menjadi siswamu
Terima kasih
babeh, akan selalu kami ingat petuahmu.
Angkatan
2004
The
Troublemaker
Tidak ada komentar:
Posting Komentar